Media-media Israel melaporkan bahwa tahap kedua kesepakatan Gaza akan dimulai pada awal bulan depan. Sementara itu, Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) di Jalur Gaza memperingatkan terus berlanjutnya pelanggaran Israel serta upaya menghambat transisi menuju tahap kedua.
Demikian dilaporkan Aljazeera.net pada Rabu (25/12).
Otoritas Penyiaran Israel menyebutkan bahwa estimasi di Israel menunjukkan tahap kedua akan segera dimulai setelah pertemuan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Namun, tahap ini tidak akan dimulai sebelum pemulangan jenazah sandera Israel terakhir yang masih berada di Gaza.
Dalam waktu bersamaan, Channel 13 Israel mengutip sumber-sumber yang menyatakan bahwa utusan Presiden Trump, Steven Witkoff, telah memberi tahu para pejabat Israel—menjelang pertemuan Trump dan Netanyahu—bahwa transisi ke tahap kedua harus dimulai pada awal bulan depan.
Sumber-sumber itu juga mengungkapkan adanya kekhawatiran di Israel bahwa Trump akan menekan agar tahap kedua dimulai tanpa disertai pelucutan senjata di Gaza.
Kesepakatan Dua Tahap
Israel dan Hamas pada 9 Oktober lalu mencapai kesepakatan gencatan senjata dua tahap di Gaza, dengan mediasi Mesir, Qatar, dan Turki, serta dukungan Amerika Serikat. Kesepakatan tersebut didasarkan pada rencana 20 poin yang diajukan Trump untuk mengakhiri perang.
Sehari setelahnya, tahap pertama kesepakatan mulai berlaku. Namun Israel melanggarnya ratusan kali dan tidak mematuhi seluruh ketentuannya, khususnya yang berkaitan dengan aspek kemanusiaan dan masuknya bantuan. Padahal, Hamas dinyatakan telah mematuhi kesepakatan secara penuh. Akibat pelanggaran Israel tersebut, lebih dari 400 warga Palestina gugur, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Israel juga terus menunda transisi ke tahap kedua dengan dalih masih adanya jenazah seorang tentaranya yang berada di Gaza, meskipun faksi-faksi Palestina terus melakukan pencarian di tengah kehancuran besar akibat agresi Israel.
Tahap kedua dari rencana Trump mencakup pembentukan komite teknokrat sementara untuk mengelola Gaza, agenda rekonstruksi, pembentukan Dewan Perdamaian, pendirian pasukan internasional, penarikan tambahan tentara Israel dari Jalur Gaza, serta pelucutan senjata Hamas.
Menurut Channel 13 Israel, Tel Aviv meragukan kemampuan pasukan internasional yang direncanakan untuk dikerahkan di Gaza dalam melucuti senjata Hamas. Pasalnya, hingga kini belum jelas bentuk, mekanisme, maupun mandat pasukan tersebut.
Pada 19 Desember lalu, pejabat dari Amerika Serikat, Mesir, Qatar, dan Turki menggelar pertemuan tertutup di Miami, Florida, untuk membahas persiapan tahap kedua kesepakatan Gaza, sebagaimana disampaikan Witkoff melalui platform X.
Hamas Peringatkan Pelanggaran
Sebelumnya, Kepala Hamas di Jalur Gaza, Khalil al-Hayya, memperingatkan bahaya berlanjutnya pelanggaran Israel yang bertujuan menggagalkan transisi menuju tahap kedua.
Peringatan itu disampaikan dalam pertemuan delegasi Hamas yang dipimpin Khalil al-Hayya dengan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan di Ankara. Pertemuan tersebut membahas perkembangan implementasi kesepakatan penghentian perang di Gaza serta situasi politik dan lapangan.
Hamas menyatakan bahwa delegasinya menegaskan kepada Menlu Turki komitmen penuh perlawanan terhadap kesepakatan gencatan senjata, sekaligus memperingatkan serangan dan pelanggaran Zionis yang terus berulang di Gaza, yang ditujukan untuk menghambat peralihan ke tahap kedua.
Pertemuan di Kairo
Sementara itu, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa sebuah delegasi keamanan Israel menggelar pertemuan di ibu kota Mesir, Kairo, pada Rabu (hari ini), yang berfokus pada upaya pemulangan jenazah sandera Israel terakhir di Gaza.
Dalam pernyataannya, disebutkan bahwa Koordinator Urusan Sandera dan Orang Hilang, Brigadir Jenderal Gal Hirsch, berangkat ke Kairo pada pagi hari dan bertemu dengan pejabat senior serta perwakilan negara-negara mediator. Pertemuan tersebut difokuskan pada upaya pemulangan jenazah sandera Ran Gvili serta rincian teknisnya.
Delegasi Israel itu juga melibatkan pejabat dari militer, badan keamanan dalam negeri (Shabak), dan badan intelijen (Mossad), tanpa menyebutkan nama-nama mereka.
Diperkirakan Memakan Waktu
Sejak dimulainya tahap pertama gencatan senjata pada 10 Oktober lalu, faksi-faksi Palestina telah menyerahkan 20 sandera Israel dalam keadaan hidup serta jenazah 27 lainnya. Kini hanya tersisa jenazah Ran Gvili yang masih dalam proses pencarian oleh Hamas.
Israel mengaitkan dimulainya perundingan tahap kedua dengan penyerahan jenazah tersebut, sementara Hamas menegaskan bahwa proses evakuasi bisa memakan waktu lama akibat kehancuran besar di Jalur Gaza.
Dengan dukungan Amerika Serikat, Israel melancarkan perang genosida di Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang menyebabkan sekitar 71 ribu warga Palestina gugur dan lebih dari 171 ribu lainnya terluka, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan.
Sejak kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Qatar, Mesir, dan Turki dengan dukungan Amerika Serikat, Israel terus melanggarnya setiap hari, menyebabkan gugurnya 406 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

